Rabu, 24 November 2010

Trustia "Icha" Rizqandaru, ”Jangan Takut untuk Bersuara”

Iseng-iseng browsing nyari bahan posting untuk blog ini, dan aku menemukan satu artikel menarik disini untuk dibaca dan dipelajari. Dilihat dari materi artikelnya, kemungkinan ini terjadi 2-3 tahun yang lalu. Kutipan artikelnya seperti dibawah ini:
Usianya boleh saja belia, namun siapa sangka gadis kelahiran 10 September itu cukup aktif menyuarakan hak-hak anak. Bahkan, kiprahnya telah diakui secara nasional, hingga mengantarkannya menjadi duta anak perempuan Indonesia pada Sidang Komisi Kedudukan Wanita (Commission on the Status of Women-CSW) ke-52 di New York, Amerika Serikat, 23 Februari-8 Maret 2007.
Kiprah gadis bernama Trustia Rizqandaru dalam menyuarakan hak anak bermula saat ia duduk di kelas III SMP. Saat itu, gadis yang akrab disapa Icha itu, mewakili sekolahnya untuk mengikuti Pelatihan Konvensi Anak dan Undang-Undang Perlindungan Anak yang diselenggarakan Lembaga Perlindungan Anak Jabar.
“Dari kegiatan itu, saya bertemu dengan anak-anak dari berbagai latar belakang sosial ekonomi, mulai dari anak jalanan sampai anak pengungsi. Dari sana, mata saya mulai terbuka melihat realita yang ada. Ternyata, di luar sana masih banyak anak-anak yang belum mendapatkan haknya,” ujar Icha saat ditemui di SMAN 3 Bandung, Jln. Sumatra, Bandung, Selasa (27/3).
Awalnya, ia hanya merasa kasihan terhadap anak-anak yang haknya terenggut. Sebut saja mereka menjadi buruh pada usia dini atau dipaksa mengakhiri masa lajang pada usia yang masih belia. Namun, seiring dengan seringnya berkumpul dengan alumni pelatihan itu, pikiran Icha pun mulai terbuka.
“Kami harus melakukan sesuatu untuk menyuarakan hak anak yang tertindas,” kata gadis yang masih tercatat sebagai siswa kelas XII SMAN 3 Bandung itu.
Dari sana, tercetuslah ide untuk membentuk forum anak yang secara khusus menyuarakan hak-hak anak. Pada September 2002, Forum Anak Daerah Jawa Barat-pun didirikan.
Tak disangka, aktivitasnya dalam organisasi tersebut menarik perhatian UNESCO dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Pada 23 Juli 2006, bertepatan dengan peringatan Hari Anak, ia mendapatkan penghargaan sebagai pemimpin muda. Penghargaan tersebut diberikan bagi anak yang dinilai aktif dalam menyuarakan hak anak.
“Dari seluruh Indonesia, dipilih tiga pemimpin muda, termasuk saya,” ujar siswi yang sempat meraih penghargaan sebagai pelajar SMP teladan tingkat Jabar itu.
Dari sanalah awal keikutsertaan Icha dalam delegasi Indonesia untuk Sidang Komisi Kedudukan Wanita. Ia terpilih dari tiga pemimpin muda tersebut.
Dalam kegiatan tingkat dunia itu, delegasi dari 192 negara membicarakan lima isu besar yang dihadapi anak-anak, khususnya perempuan. Mulai dari sunat perempuan, trafficking, buruh anak, penyalahgunaan narkoba, HIV/AIDS, hingga pernikahan di bawah umur.
“Ternyata, di dunia ini masih banyak hak-hak anak, khususnya anak perempuan, yang masih terpasung. Mulai dari maraknya sunat perempuan di Afrika, penjualan anak, sampai pada pengguguran janin perempuan hanya karena menginginkan anak laki-laki,” katanya.
Pengalaman itu, pada akhirnya semakin mengokohkan niat Icha untuk menapaki jalan sebagai aktivis anak. Satu pesan yang dititipkan Icha bagi seluruh anak Indonesia, “Jangan takut untuk bersuara.”
Semoga artikel ini dapat memberikan manfaat serta sebagai salah satu sumber inspirasi untuk menatap masa depan yang gemilang.

Sumber: www.pikiran-rakyat.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Creative Commons

Creative Commons License
Menyingkap Tabir Pergaulan Bebas dan Sex Bebas Di Kalangan Remaja by Kucing Garong is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 Unported License.
Based on a work at kucing2garong.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http://kucing2garong.blogspot.com/p/tos.html.